Tamperaknews.com – Meulaboh – Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Meulaboh mempertanyakan dengan serius kepada pemerintah setempat kemana mau dibawa batubara yang telah dibersihkan selama ini oleh masyarakat bersama perusahaan setempat. Senin, (02/09/24).
Pasalnya, menurut ketua GPL Meulaboh Fajar Oza Pratama, ceceran batubara tersebut tidak bisa digunakan oleh siapapun, karena tidak jelas kepemilikannya dan belum ada keputusan apapun dari pemerintah setempat terhadap batubara yang telah dikumpulkan.
“Ini harus ditanggapi segera, kan kasian sudah dibersihkan diletak satu tempat tapi tidak dipakai dan makin lama makin banyak, apalagi biaya pembersihannya itu jika dikaji lebih mahal daripada harga jual batubara yang ada di meulaboh”, ungkapnya.
Ia membayangkan harga jual batubara asal Aceh – Meulaboh saat ini berkisar 30 Dollar/1 ton, atau sekitar 450 ribu/ 1000Kilogram, sedangkan biaya pembersihan yang dilakukan saat ini itu diupah 25 ribu/karung 50Kg atau setara dengan 500 ribu/1000 Kg.
“Kami berharap ada rekomendasi segera dari pemerintah kabupaten atau dinas terkait terhadap status batubara yang telah dikumpulkan ini, selama ini kan diletakkan di MIFA makin lama makin menumpuk, kasian juga sudah dibantu pembersihan terus turut jadi tempat penampungan sementara, seharusnya PLTU 1&2 mengambil peran yang sama”, ungkapnya.
Selain itu GPL Meulaboh juga berharap agar ada kajian terhadap penggunaan batubara yang ramah lingkungan untuk di meulaboh seperti briket atau pun pupuk. “Kan bisa tu dari ceceran batu bara yang tidak jelas kepemilikannya itu dijadikan hal yang bermanfaat, kan kasian sudah dibersihkan dengan biaya operasional yang lumayan tapi terabaikan begitu saja,” tutup Fajar.
Reporter: Fadhil